Kajian Tasawuf: Merenungi Surga dan Neraka dalam Kitab Minhaj Al-Abidin

Pada hari Jumat, 28 Februari 2025, telah dilaksanakan halaqoh rutinan yang membahas kajian dari kitab Minhaj Al-Abidin dengan fokus pada perenungan terhadap surga dan neraka. Kajian ini dibacakan oleh Maulidina Aqilah Afifah, mahasiswi PKU semester 4, dan dibimbing oleh Ustadz Bashori, MA. Dalam kajian ini, perhatian utama diberikan pada pemahaman dua ayat dalam Al-Qur’an, yaitu Surah Al-Insan ayat 21-22 dan Surah Al-Mu’minun ayat 107-108.
Dalam Surah Al-Insan ayat 21-22, terdapat kata Masykura yang secara kebahasaan dapat diartikan sebagai diterima, dihargai, dan diakui. Makna bersyukur dalam ayat ini adalah mengakui bahwa segala nikmat datangnya dari Allah. Pada ayat ke-22, dijelaskan bahwa segala usaha yang dilakukan seorang hamba akan diakui dan diterima oleh Allah, sehingga menjadi salah satu sebab seseorang dapat masuk ke dalam surga.
Sementara itu, dalam Surah Al-Mu’minun ayat 107-108, terdapat kata Dzholimun yang berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya atau melakukan perbuatan yang tidak seharusnya. Contoh dari perbuatan dzalim adalah ketika seseorang mendatangkan kemudharatan bagi dirinya sendiri, serta ketika manusia tidak beribadah kepada Allah sebagai tujuan penciptaannya. Dalam ayat ini, dikisahkan bahwa orang-orang kafir memohon kepada Allah agar dikeluarkan dari neraka, seraya mengakui bahwa jika mereka kembali kepada kekafiran, maka mereka termasuk orang dzalim. Namun, Allah menjawab permohonan mereka dengan penghinaan, yaitu perintah agar mereka diam di dalam neraka dan tidak lagi meminta ampunan.
Kajian ini menekankan pentingnya rasa syukur sebagai jalan menuju surga serta kesadaran untuk menjauhi perbuatan dzalim agar tidak menjadi golongan yang hina di hadapan Allah. Semoga kajian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai hakikat kehidupan akhirat serta semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.