Halaqoh Tafsir: Surah At-Taubah ayat 32

Banjarmasin, Rabu 7 Februari 2024 kembali dilaksanakannya kajian tafsir bersama Profesor Abdullah Karim, dan mahasiswa PKU yang bertugas kali ini ialah Muhammad Afnan yang akan membacakan tafsir surah Al-Taubah ayat 32 dari kitab shafwatut tafassir.

Tafsir Surat At-Taubah: 32

يُرِيدُونَ أَن يُطْفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفْوَٰهِهِمْ وَيَأْبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ

Artinya: Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.”

Tafsir ini menjelaskan bahwa orang-orang kafir, termasuk orang-orang musyrik dan Ahli Kitab, ingin memadamkan cahaya Islam dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ dengan mulut mereka yang jahil dan hina. Mereka mencoba melakukannya dengan berdebat dan membuat fitnah. Namun, cahaya Islam adalah cahaya yang Allah tetapkan untuk menerangi manusia. Upaya mereka untuk memadamkannya sama seperti upaya seseorang yang mencoba memadamkan sinar matahari dengan meniup ke arahnya dengan mulutnya, yang jelas adalah kebodohan yang tidak akan berhasil. Allah berkehendak untuk menyempurnakan cahaya-Nya, meninggikan agama-Nya, dan menegakkan Islam meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya. Itulah sebabnya Allah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, yaitu Islam, untuk memuliakan agama ini di atas semua agama lain, meskipun orang-orang musyrik membenci itu.

: البلاغة

“فتر بصوا حتى يأتي الله بأمره صيغته أمر”

mengandung makna bahwa orang-orang kafir diminta untuk bersabar dan menunggu hingga Allah memutuskan dengan kehendak-Nya yang pasti, yang disampaikan dalam bentuk perintah, yang hakikatnya adalah janji, sebagaimana firman-Nya: “Bekerjalah kamu sekalian, maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Melihat.” (QS. An-Najm: 39)

“ويوم حنين”

merupakan contoh penggunaan retorika atf (عطف) khusus pada yang umum untuk menyoroti pentingnya peristiwa itu, di mana kemenangan datang setelah keputusasaan, dan kemudahan datang setelah kesulitan.

“ضاقت عليكم الأرض بما رَحُبَتْ”

menggambarkan kesempitan yang dirasakan secara mental dengan menyamakannya dengan kesempitan lahan, sebagai metafora atas kesedihan dan kekalahan.

“إنما المشركون نجس الصيغة”

merupakan penggunaan majas balaghah (retorika) untuk menekankan penolakan terhadap penyembahan berhala, dengan perbandingan yang kuat antara kesucian dan kemurnian Islam dengan kekotoran dan kebusukan kepercayaan orang musyrik.

“فلا يقربوا المسجد”

larangan keras yang digunakan secara berlebihan untuk menekankan betapa pentingnya menjauhi penyembahan berhala.

“يطفئوا نور الله”

bermakna upaya orang kafir untuk memadamkan cahaya Islam, yang merupakan cahaya yang terang benderang dan bukti-bukti yang jelas, disamakan dengan cahaya matahari yang bersinar terang, sebagai metafora yang indah dalam retorika.

: لطيفة

Imam al-Qurtubi menyatakan bahwa ayat Allah SWT yang berbunyi “Janganlah kamu menjadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pemimpin-pemimpinmu jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan” (QS. At-Taubah: 23) menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ‘kedekatan’ di sini adalah kedekatan dalam memeluk agama, bukan kedekatan dalam hubungan keluarga. Mereka telah membuat syair untuk itu, yang artinya adalah:

Mereka mengatakan padaku: “Rumah orang-orang yang dicintai telah dekat, dan engkau seperti buku petunjuk, sungguh ini sungguh menakjubkan.”

Maka aku berkata: “Apakah manfaatnya rumah yang dekat,

Jika tidak ada kedekatan di antara hati-hati?”