
Halaqah Tauhid: Menemukan Makna Penciptaan dan Kecerdasan Akal dalam Filsafat Islam
Pada Senin, 13 Oktober 2025 bada Asar, kembali dilaksanakan Halaqah Tauhid di Masjid Abdurrahman Ismail dengan mengkaji kitab al-Kasf ʿan Manāhij al-Adillah fī ʿAqāʾid al-Millah karya Ibn Rusyd. Kajian ini dipimpin oleh Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., dan diikuti oleh para mahasiswa PKU serta jamaah yang antusias mendalami pemikiran teologis dan filosofis Islam.
Dalam penjelasannya, Prof. Mujiburrahman menegaskan bahwa seluruh ciptaan Allah memiliki fungsi dan tujuan. Melalui pemahaman terhadap tujuan tersebut, manusia akan mengenali Sang Pencipta. Beliau juga menekankan pentingnya keyakinan terhadap kehidupan setelah mati, yang menjadi dasar moral bagi manusia untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di dunia.
Beliau menambahkan bahwa keraguan dalam batas wajar dapat menjadi jalan menuju keyakinan yang kokoh. Keyakinan yang tidak melewati proses pencarian kebenaran justru rapuh. Ibadah, menurut beliau, bukan hanya ritual, melainkan ketundukan terhadap hukum moral dalam al-Qur’an. Bila seseorang tidak tunduk kepada hukum moral itu, maka ia tunduk kepada hawa nafsu.
Dalam perspektif filsafat, Prof. Mujiburrahman menjelaskan bahwa jiwa berakal manusia memiliki dua dimensi: teoritis yaitu ilmu, dan praktis yaitu amal. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah, sedangkan amal tanpa ilmu akan menimbulkan kekacauan. Kesempurnaan manusia terletak pada keseimbangan keduanya.
Beliau juga menyinggung bahwa politik dalam filsafat Islam merupakan bagian dari kecerdasan akal yang bersifat amali, diarahkan untuk kebaikan bersama (maṣlaḥah ‘āmmah). Dengan demikian, manusia wajib beribadah kepada Allah melalui perpaduan antara ilmu dan amal saleh.
Kegiatan halaqah ini ditutup dengan refleksi bersama tentang pentingnya menjadikan ilmu sebagai jalan menuju ketundukan moral dan kebahagiaan hakiki.