
Kajian Tafsir Surah Yūnus 82–90
Pada kesempatan kali ini telah dilaksanakan kajian tafsir Surah Yūnus ayat 82–90. Kajian ini menyoroti kisah Nabi Musa ‘alaihissalām dan perjuangan kaumnya dalam menghadapi kezaliman Fir‘aun. Disampaikan bahwa Allah selalu meneguhkan kebenaran dengan bukti dan hujjah, meskipun ditentang oleh para pendosa. Dalam kisah ini hanya sedikit orang yang beriman kepada Musa, sementara kebanyakan masih diliputi rasa takut terhadap kekuasaan Fir‘aun. Fir‘aun sendiri digambarkan sebagai penguasa angkuh, sombong, dan melampaui batas, bahkan sampai mengaku sebagai tuhan.
Pembahasan kemudian menyinggung makna kata “dzurriyyah” dalam ayat tersebut. Menurut Imam as-Suyuthi, yang dimaksud dengan “keturunan” adalah sebagian dari kaumnya Fir‘aun yang beriman kepada Musa. Namun menurut Ali ash-Shabuni, pendapat yang lebih kuat adalah bahwa yang dimaksud adalah keturunan Bani Israil sendiri. Alasannya, karena orang-orang yang sedikit ini beriman dalam keadaan takut kepada Fir‘aun, sedangkan kaum Fir‘aun lebih tepat dipandang sebagai pihak yang menjadi ujian bagi kaum beriman, bukan termasuk di antara mereka yang beriman.
Selain itu, dibahas juga mengenai lam ‘āqibah dalam ayat ini. Penjelasannya adalah bahwa Fir‘aun diberi harta yang banyak, dan akibat dari kelimpahan itu mereka mampu menyesatkan orang lain bahkan sampai berani mengaku sebagai tuhan. Maka, lam ‘āqibah di sini menunjukkan akibat atau konsekuensi, bukan bermakna doa Nabi Musa agar Fir‘aun menyesatkan. Hal ini penting diluruskan agar tidak terjadi salah paham dalam memahami redaksi ayat.
Dalam bagian lain, dijelaskan pula bagaimana Nabi Musa meneguhkan hati kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Kaum mukmin menjawab dengan penuh keyakinan: “Hanya kepada Allah kami bertawakal.” Mereka berdoa agar tidak dijadikan sebagai bahan fitnah bagi kaum zalim dan memohon keselamatan dari tipu daya Fir‘aun. Allah kemudian mewahyukan kepada Musa dan Harun agar rumah-rumah Bani Israil dijadikan tempat shalat, sekaligus memberi kabar gembira bahwa kemenangan pasti datang.
Kajian ditutup dengan kesimpulan bahwa ayat 82–90 Surah Yūnus mengajarkan tentang keteguhan iman di tengah rasa takut, pentingnya tawakal kepada Allah, pemahaman yang tepat terhadap makna lam ‘āqibah, serta kepastian bahwa kesombongan dan kezaliman pada akhirnya akan hancur. Kisah Musa dan Fir‘aun menjadi pelajaran abadi bahwa kebenaran akan selalu tegak, meski dihadang oleh kekuatan yang besar.