Kritik Al-Qur’an terhadap Penolakan Tanpa Ilmu: Tafsir QS. Yunus Ayat 40–48

Pada hari rabu, 14 Mei 2025 kembali dilaksanakan halaqah rutinan, yaitu halaqah tafsir. Kajian tafsir hari ini membahas lanjutan dari Q.S. Yunus yaitu ayat 40–48 yang dijelaskan oleh Syaikh Al-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir. Dalam ayat-ayat tersebut, Allah SWT menguraikan respons manusia terhadap kebenaran Al-Qur’an: ada yang beriman dan ada pula yang tetap ingkar meskipun kebenaran telah jelas. Firman Allah:
وَمِنْهُم مَّن يُؤْمِنُ بِهِۦ وَمِنْهُم مَّن لَّا يُؤْمِنُ بِهِۦ ۚ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِٱلْمُفْسِدِينَ
“Dan di antara mereka ada orang yang beriman kepadanya (Al-Qur’an) dan di antara mereka ada (pula) orang yang tidak beriman kepadanya, dan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yunus: 40)
Ayat ini menegaskan bahwa keimanan adalah pilihan yang disikapi secara berbeda oleh manusia. Allah SWT Maha Mengetahui siapa yang berusaha mencari kebenaran dan siapa yang menutup diri dari hidayah.Selanjutnya, Allah SWT mengingatkan akan balasan bagi orang-orang yang mendustakan Al-Qur’an dan tidak mau menerima kebenaran, meskipun telah diberi peringatan yang jelas. Allah menyatakan:
وَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل لِّى عَمَلِى وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ ۖ أَنتُم بَرِيٓـُٔونَ مِمَّآ أَعْمَلُ وَأَنَا۠ بَرِىٓءٌۭ مِّمَّا تَعْمَلُونَ
“Dan jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: Bagiku amal-amalku dan bagimu amal-amalmu. Kamu berlepas diri dari apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri dari apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus: 41)
Ayat ini mengajarkan sikap tegas terhadap orang-orang yang ingkar, bahwa seorang mukmin tetap teguh pada amalnya dan tidak terpengaruh oleh penolakan orang lain.
Kemudian Allah SWT memberikan peringatan keras terhadap kaum yang mendustakan para rasul, seraya mengingatkan bahwa setiap umat memiliki ajal dan batas waktu yang tidak dapat dimajukan atau ditangguhkan, sebagaimana difirmankan:
لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةًۭ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Q.S. Yunus: 49)
Syaikh Al-Shabuni menekankan bahwa ayat ini menunjukkan ketetapan Allah terhadap ajal umat manusia dan kehancuran kaum yang mendustakan para nabi.Nilai Balaghah dan Gaya Bahasa:Dalam kajian ini, aspek balaghah (keindahan bahasa) Al-Qur’an juga disoroti, di antaranya:
1. Istiarah: Penggambaran ajal umat dengan istilah yang tegas, seolah memiliki batas waktu yang nyata dan pasti.
2. Tasybih: Penyerupaan keterikatan manusia terhadap amal masing-masing yang tidak dapat diganggu gugat.
3. Iltifat: Perubahan dari gaya bahasa orang ketiga ke orang kedua dalam penegasan sikap mukmin terhadap orang kafir.
Prof. Dr. H. Abdullah Karim, M.Ag menutup kajian dengan penekanan bahwa ayat-ayat ini mengajarkan tentang pentingnya sikap teguh dalam keimanan meskipun dihadapkan pada penolakan. Al-Qur’an memberikan panduan untuk tidak goyah dalam beramal dan senantiasa berpegang teguh pada kebenaran, seraya mempercayai bahwa Allah SWT akan memberikan keputusan yang adil pada waktunya dan Allah bisa memberikan hidayah secara langsung, bisa juga melalui perantara