“Antara Ikhlas dan Munafik: Membongkar Rahasia Hati dari Tafsir Surah At-Taubah ayat 86-93”
Banjarmasin, Rabu 20 Maret 2024* – Program Khusus Ulama (PKU) kembali melaksanakan kegiatan rutinnya berupa kajian tafsir yang dipandu oleh Prof. Dr. Abdullah Karim, M.Ag., seorang pakar tafsir yang dikenal di kalangan akademisi dan ulama. Kajian kali ini membahas Surah At-Taubah ayat 86-93 yang diambil dari kitab *Shafwatut Tafasir*. Pembacaan dan pemaparan tafsir ini dibawakan oleh salah satu mahasiswa PKU yang bertugas, Ali Rijani, yang menyampaikan isi dan makna dari ayat-ayat yang menjadi topik utama dalam kajian tersebut.
Kajian dimulai dengan pembahasan tentang Surah At-Taubah ayat 86 yang menjelaskan sikap orang-orang munafik ketika turun perintah untuk beriman kepada Allah dan berjihad bersama Rasulullah ﷺ. Ali Rijani memaparkan bahwa ketika sebuah surah yang memerintahkan jihad diturunkan, orang-orang munafik yang memiliki kekayaan justru mencari-cari alasan untuk tidak ikut serta. Mereka lebih memilih untuk duduk bersama orang-orang yang memiliki uzur, seperti para wanita, orang sakit, dan orang tua yang memang secara sah dibolehkan tidak berjihad. Ayat ini menunjukkan celaan Allah terhadap mereka yang enggan berjihad padahal mampu, dan menutup hati mereka sehingga mereka tidak bisa memahami kebaikan dalam berjihad.
### Tafsir Ayat 87: Rela Bersama Orang-Orang Lemah**
Lebih lanjut, Prof. Abdullah Karim menjelaskan tafsir ayat 87, di mana Allah berfirman, “رضوا بأن يكونوا مع الخوالف” (mereka rela untuk tinggal bersama orang-orang yang lemah). Ungkapan ini menunjukkan bahwa mereka lebih menyukai kenyamanan duniawi daripada berjuang di jalan Allah. Mereka memilih untuk tinggal di belakang bersama orang-orang yang lemah, yaitu wanita, orang tua, dan orang sakit yang memang tidak diwajibkan untuk berperang. Sikap ini memperlihatkan betapa rendahnya semangat dan kemauan mereka, sehingga Allah menutup hati mereka dari memahami hakikat kebahagiaan dalam berjihad dan pentingnya ketaatan kepada Rasulullah.
### Ayat 88: Perbedaan Kaum Mukminin dan Munafik
Dalam ayat 88, Allah menjelaskan sikap Rasulullah dan orang-orang beriman yang berlawanan dengan kaum munafik. Mereka mengorbankan harta dan jiwa untuk mencari ridha Allah. Ali Rijani membacakan pandangan Imam Fakhruddin al-Razi yang mengatakan bahwa Allah ingin menegaskan perbedaan antara mereka yang rela berkorban demi Allah dan para munafik yang justru menghindar. Orang-orang beriman yang berjihad dengan keikhlasan inilah yang disebut sebagai orang-orang yang beruntung dan memperoleh keberhasilan di dunia dan akhirat.
### Ayat 90-93: Orang-Orang yang Memiliki Uzur dan Orang yang Mengada-Ada
Pada ayat 90-93, Ali Rijani mengutip penjelasan dari Imam al-Baidhawi bahwa ada dua golongan yang disebut dalam ayat ini: pertama, orang-orang yang memiliki uzur seperti lemah, sakit, atau tidak memiliki harta untuk berperang. Golongan ini tidak berdosa jika mereka tidak ikut berjihad karena ketidakmampuan yang berada di luar kendali mereka. Mereka inilah yang air matanya mengalir karena kesedihan saat tidak bisa ikut serta dalam jihad. Mereka dikenal sebagai *bakkalun* (orang-orang yang menangis) karena keikhlasan dan ketulusan hati mereka, meski fisik mereka tidak mampu.Sedangkan golongan kedua adalah mereka yang sebenarnya mampu secara fisik dan materi, namun tetap mencari-cari alasan untuk tidak berjihad. Mereka datang meminta izin kepada Rasulullah untuk tidak ikut serta, padahal tidak ada halangan bagi mereka. Allah mencela mereka dengan menyebutkan bahwa hati mereka telah tertutup, sehingga mereka tidak lagi bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya iman mereka dan betapa besarnya kecintaan mereka terhadap dunia.
Di akhir kajian, Prof. Abdullah Karim menegaskan bahwa ayat-ayat ini memberikan pelajaran yang sangat penting tentang sikap kaum munafik dan kaum beriman. Orang-orang yang beriman akan selalu bersemangat untuk melaksanakan perintah Allah, meskipun terkadang mereka tidak mampu secara fisik. Sebaliknya, orang-orang munafik justru mencari-cari alasan agar terbebas dari tanggung jawab, meskipun mereka memiliki kemampuan.
Pelajaran utama dari kajian ini adalah pentingnya keikhlasan dalam setiap amal yang dilakukan dan menjaga hati agar selalu berorientasi pada ridha Allah. Jika hati seseorang telah tertutup dari kebenaran, maka ia akan terhalang untuk memahami petunjuk Allah, sebagaimana yang terjadi pada orang-orang munafik di masa Rasulullah.
Kegiatan kajian ini berlangsung dengan khidmat, dan ditutup dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh Prof. Abdullah Karim untuk memperdalam pemahaman tentang tema yang dibahas. Kajian tafsir ini menjadi salah satu agenda rutin Program Khusus Ulama (PKU) di Banjarmasin, dengan tujuan untuk mencetak ulama-ulama yang memiliki pemahaman mendalam tentang Al-Qur’an dan mampu menyampaikannya kepada masyarakat dengan baik.
