Menguak Rahasia Keindahan Penciptaan Alam: Halaqah Tauhid
Banjarmasin (7/10/2024)* – Halaqah tauhid rutin Program Khusus Ulama kembali dilaksanakan di Masjid Abdurrahman Ismail. Kegiatan ini dihadiri oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang dipandu langsung oleh Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA, seorang pakar dalam studi Islam. Pada pertemuan kali ini, halaqah masih melanjutkan pembahasan dari kitab karya ulama terkemuka, Ibnu Rusyd, yang mengupas hakikat penciptaan alam semesta serta hubungan harmonis antara alam dan makhluk hidup.
Dalam pembukaan halaqah, Ustaz pembimbing menjelaskan tafsir dari firman Allah dalam QS. An-Naba’ ayat 6 yang berbunyi: *”Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan?”*. Ustaz menerangkan bahwa kata *mihad* (hamparan) tidak hanya mencakup makna penempatan yang sesuai bagi manusia untuk hidup di atasnya, tetapi juga merujuk pada kelembutan, stabilitas, dan keselarasan bentuk bumi. Hal ini menandakan bahwa bumi diciptakan dengan perhitungan yang matang agar cocok menjadi tempat tinggal manusia dan makhluk lainnya.
Selanjutnya, halaqah berlanjut pada pembahasan ayat *”Dan gunung-gunung sebagai pasak-pasak”* (QS. An-Naba’: 7). Ustaz memaparkan bahwa gunung-gunung berfungsi sebagai penstabil bumi agar tidak terguncang. Beliau mengilustrasikan, seandainya bumi tidak memiliki gunung-gunung yang kokoh, maka pergerakan air dan udara akan menyebabkan ketidakstabilan, sehingga makhluk hidup tidak akan mampu bertahan. Oleh karena itu, keberadaan gunung-gunung bukanlah suatu kebetulan, melainkan bagian dari kehendak Allah untuk menjaga ketenangan bumi dan menciptakan lingkungan yang aman bagi makhluk hidup.
Pembahasan kemudian dilanjutkan pada makna malam dan siang dalam firman Allah: *”Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”* (QS. An-Naba’: 10-11). Ustaz menjelaskan bahwa malam disebut sebagai *’pakaian’* karena ia melindungi makhluk dari panasnya matahari serta memberikan kesempatan untuk istirahat yang tenang. Seandainya malam tidak hadir, makhluk hidup akan terus-menerus terpapar panas, yang dapat berakibat pada kematian hewan dan tumbuhan. Malam juga menjadi waktu yang ideal untuk tidur, karena hilangnya cahaya menyebabkan ketenangan bagi indera manusia, sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya: *”Dan Kami jadikan tidurmu sebagai istirahat yang nyenyak”* (QS. An-Naba’: 9).
Kemudian, halaqah memasuki pembahasan tentang penciptaan langit yang diuraikan dalam ayat *”Dan Kami bangun di atas kalian tujuh (langit) yang kokoh, dan Kami jadikan pelita yang menyala-nyala (matahari)”* (QS. An-Naba’: 12-13). Dalam hal ini, Ustaz menekankan bahwa Allah menggunakan istilah *’bangunan’* untuk menunjukkan bahwa penciptaan langit dilakukan dengan ketelitian, kekuatan, serta ketepatan. Langit disebut *’kokoh’* karena tidak pernah berhenti bergerak dan tidak terpengaruh kelemahan, berbeda dengan bangunan buatan manusia yang dapat runtuh sewaktu-waktu. Stabilitas ini mencerminkan kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta yang harmonis, di mana jika satu bintang atau planet saja berhenti, seluruh keseimbangan di bumi akan terganggu.
Ustaz juga menyinggung pandangan sebagian ulama yang menyatakan bahwa tiupan sangkakala yang menyebabkan kehancuran pada hari kiamat adalah karena berhentinya pergerakan langit dan planet-planet. Hal ini menegaskan betapa ketergantungan makhluk hidup di bumi pada stabilitas dan keteraturan kosmik yang telah ditetapkan oleh Allah.
Dengan berakhirnya pembahasan tersebut, halaqah kali ini berhasil menggali keindahan makna-makna Al-Qur’an tentang penciptaan alam serta menunjukkan bahwa segala sesuatu diciptakan dengan hikmah dan tujuan yang jelas. Peserta halaqah pun terlihat antusias dan menyampaikan berbagai pertanyaan untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap tafsir yang dibahas.
Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA menutup halaqah dengan mengingatkan bahwa mempelajari dan memahami ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat yang berkaitan dengan alam semesta) adalah bagian dari memperkuat tauhid, sehingga dapat menumbuhkan rasa syukur serta kesadaran akan kebesaran Allah dalam setiap aspek penciptaan.
Wallahu A’lam Bisshowab
