Kajian Tauhid: Sifat Allah sebagai ‘Nur’ dalam Teks Suci dan Perspektif Cendekiawan Agama”
Banjarmasin (11/03/2024), kembali dilaksanakan halaqah tauhid yang dibimbing oleh Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA di Masjid Abdurrahman Ismail. Dan pada pertemuan ini masih melanjutkan kitab dari Ibnu Rusyd
Dalam kitab Al-Kasyfu an Manahij al-Adillah fi ‘Aqaidi Al-Millah, terdapat pembahasan yang mendalam mengenai sifat Allah yang disebut “Nur” (cahaya). Pembahasan ini menyoroti pertanyaan umum yang sering muncul dalam pikiran manusia, yaitu bagaimana Allah bisa disebut sebagai “Nur” jika tidak memiliki bentuk fisik yang dapat dipahami.Pendekatan yang diambil dalam kitab ini adalah dengan merujuk pada ajaran agama Islam. Dijelaskan bahwa Allah menyebutkan diri-Nya sebagai “Nur” dalam Al-Qur’an dan juga dalam hadis-hadis yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Meskipun “Nur” adalah konsep yang tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal manusia, namun hal ini sesuai dengan keagungan dan kemuliaan Allah yang tidak terbatas oleh batasan fisik.Penulis juga menjelaskan bahwa istilah “Nur” dipilih karena cahaya adalah salah satu dari ciptaan Allah yang paling mulia dan mudah dipahami oleh manusia. Dalam pandangan yang lebih mendalam, “Nur” juga merujuk pada keberadaan Allah sebagai sumber segala warna dan kemampuan kita untuk melihatnya.Meskipun pembahasan ini mengakui keunggulan Allah yang tidak terbatas, penulis menegaskan bahwa walaupun tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal manusia, kita harus tetap mengakui keberadaan Allah sebagai “Nur” sesuai dengan ajaran agama.
Ini adalah pemahaman yang mendasar dalam ajaran Islam yang perlu dipahami dan dipelajari dengan cermat oleh umat Muslim.Pembahasan ini menunjukkan pentingnya memahami konsep-konsep agama dengan cermat dan menggunakan ajaran agama sebagai pedoman dalam menjelaskan dan memahami sifat-sifat Allah yang mahaagung.
Wallahu A’lam Bisshawab
