
Halaqah Tauhid: Pengantar Kitab Iljamul Awam ‘an ‘Ilmil Kalam
Senin, 8 Desember 2025 kembali dilaksanakan halaqah Tauhid bersama Prof. Dr. H. Mujiburrahman, S.Ag., MA. Hari ini adalah awal dari pembelajaran tauhid menggunakan kitab Iljamul Awam ‘an ilmilkalam yang dituliskan oleh Imam Al-Ghazali setelah sebelumnya sudah mengkhatamkan kitab al-kasyfu ‘an Manahijil Adillah di Aqa’idil Millah karya Ibn Rusyd.
Pembahasan dalam pertemuan ini menjelaskan bahwa sebagian orang memahami beberapa riwayat atau teks agama secara keliru, sehingga mereka menyangka bahwa Allah memiliki sifat-sifat fisik seperti bentuk tubuh, tangan, kaki, bergerak, turun, atau duduk di atas ‘Arsy sebagaimana makhluk. Penjelasan diberikan bahwa pemahaman seperti ini muncul dari kelompok awam dan golongan hashwiyyah yang hanya berpegang pada zahir teks tanpa memahami maksud sebenarnya, lalu mengira bahwa pandangan tersebut mewakili keyakinan para ulama salaf.
Ditegaskan pula bahwa tujuan utama adalah menjelaskan apa yang sebenarnya diyakini oleh ulama salaf terkait riwayat-riwayat tersebut, serta apa yang wajib diyakini oleh umat Islam. Selain itu, disampaikan pula pentingnya membedakan antara hal-hal yang perlu dibahas secara ilmiah dan hal-hal yang sebaiknya tidak diperdebatkan karena dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Penjelasan ini dibuat semata-mata untuk menampakkan kebenaran, tanpa menyembunyikan siapa pun dan tanpa fanatik terhadap mazhab tertentu. Kejujuran, keadilan, dan komitmen terhadap kebenaran ditegaskan sebagai prinsip utama dalam membahas masalah ini.
Pembahasan juga menerangkan bahwa isi kitab akan disusun dalam tiga bagian, yaitu penjelasan hakikat mazhab salaf dalam memahami riwayat tersebut, penegasan bahwa kebenaran berada pada mazhab salaf dan bahwa penyelisihnya termasuk ahli bid’ah, serta beberapa pembahasan tambahan yang bermanfaat dalam topik ini. Dengan demikian, inti pembahasan adalah memberikan arah pemahaman yang benar mengenai sifat-sifat Allah sesuai prinsip salaf, tanpa menyerupakan Allah dengan makhluk dan tanpa memaknai teks agama secara keliru.
Pada akhir sesi, pengajar memberikan kesempatan untuk mahasiswa mengajukan pertanyaan terkait pembahasan yang sudah dijelaskan. Setelah itu beliau menutup pertemuan ini dengan memberikan nasehat agar para mahasiswa selalu rajin membaca, dan pertemuan di akhiri dengan melakukan doa bersama.


