
Karakteristik Orang-Orang yang Menolak Kebenaran
Selasa, 25 November 2025, telah dilaksanakan kegiatan Halaqah Kajian Tafsir pada Pertemuan ke-12 sebagai bagian dari pembelajaran Program Khusus Ulama dan Program Khusus Perbandingan Madzhab. Kegiatan dibuka langsung oleh dosen pengampu, Prof. Dr. H. Abdullah Karim, M.Ag., yang memberikan pengantar mengenai fokus pembahasan dan urgensi ayat-ayat tersebut dalam memahami hujjah kebenaran wahyu.
Setelah pembukaan, sesi dilanjutkan dengan pemaparan materi berdasarkan kitab Ṣafwat al-Tafāsīr Jilid 2. Kajian dimulai dari ayat أم يقولون افترىه, yang berisi sanggahan Allah terhadap tuduhan kaum musyrikin bahwa Nabi Muhammad ﷺ telah mengada-adakan Al-Qur’an. Ayat 13 mengemukakan tantangan Allah agar mereka mendatangkan sepuluh surah saja yang sebanding dengan Al-Qur’an jika benar klaim mereka. Ayat 14 menegaskan ketidakmampuan mereka meski dibantu oleh para penolong mereka. Ayat 15–16 menjelaskan gambaran orang-orang yang hanya mengejar dunia dan tidak memperoleh kebaikan di akhirat. Ayat 17 menyebutkan ciri orang-orang yang mengikuti kebenaran berdasarkan bukti yang nyata dari Tuhan. Adapun ayat 18–19 menyoroti sifat orang-orang yang berdusta atas nama Allah, menghalangi manusia dari jalan-Nya, dan berusaha membelokkannya. Seluruh rangkaian ayat ini menggambarkan tema besar tentang tantangan Al-Qur’an sebagai mukjizat dan sikap manusia terhadap kebenaran wahyu.
Setelah pemaparan, kegiatan berlanjut dengan sesi tanya jawab oleh para penanggap utama: Devi Mediana Putri, Alfina ‘Urfa, dan Wulan Afriza. Mereka tanggapan kritis mengenai hujjah Al-Qur’an sebagai kitab yang tidak tertandingi serta karakter moral orang-orang yang menolak kebenaran berdasarkan ayat-ayat tersebut. Diskusi berlangsung aktif dengan penjelasan tambahan terkait aspek bahasa, konteks sejarah, dan interpretasi mufassir.
Halaqah kemudian ditutup dengan tanggapan dan penguatan dari dosen pengampu. Beliau menekankan kembali pentingnya memahami ayat 13 sebagai bentuk tantangan nyata terhadap kaum musyrikin yang menganggap pembuatan ayat seperti Al-Qur’an adalah perkara mudah. Oleh sebab itu, mereka diperintahkan membuat sepuluh ayat, bukan satu, agar tidak muncul anggapan bahwa “satu saja tidak mampu apalagi sepuluh,” tetapi sebagai bukti kuat bahwa klaim mereka batil. Beliau juga menegaskan bahwa rangkaian ayat 13–19 memperlihatkan dua kelompok manusia: mereka yang mengikuti bukti kebenaran, dan mereka yang mendustakan serta menghalangi jalan Allah. Kegiatan berjalan dengan baik, tertib, dan kondusif hingga acara resmi ditutup.

