Kajian Shahih Muslim: Al-Ḥadīd Ayat 16 sebagai Pengingat Kaum Muslimin
Selasa, 18 November 2025, telah dilaksanakan kembali kegiatan halaqah sore yang bertempat di Masjid Abdurahman Ismail. Pada kesempatan ini, halaqah berfokus pada kajian Shahih Muslim, khususnya Kitab al-Tafsīr, bab pertama hadis ke-3027. Kegiatan ini diampu langsung oleh Dr. Dzikri Nirwana, M.Ag., selaku dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora.
Kajian dibuka dengan pembacaan hadis dari Shahih Muslim no. 3027 yang memuat perkataan sahabat Ibnu Mas‘ud. Redaksi hadis tersebut adalah sebagai berikut:
٢٤ – (٣٠٢٧) حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّدَفِيُّ ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ ، عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ، عَنْ أَبِيهِ : أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ قَالَ: « مَا كَانَ بَيْنَ إِسْلَامِنَا وَبَيْنَ أَنْ عَاتَبَنَا اللهُ بِهَذِهِ الْآيَةِ: ﴿أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ﴾ إِلَّا أَرْبَعُ سِنِينَ .»
Hadis ini diriwayatkan melalui jalur Yunus bin ‘Abd al-A‘lā, dari Abdullah bin Wahb, dari ‘Amr bin al-Harits, hingga kepada ‘Aun bin ‘Abdillah, dari ayahnya, bahwa Ibnu Mas‘ud berkata: “Tidak ada jarak antara masa kami masuk Islam dan saat Allah menegur kami dengan ayat: ‘Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?’ kecuali hanya empat tahun.”
Dalam penjelasannya, Dr. Dzikri menegaskan bahwa hadis ini berstatus mauquf, yaitu berhenti pada sahabat Ibnu Mas‘ud, dan bukan perkataan Nabi ﷺ. Meskipun demikian, kandungannya memiliki nilai penting karena menggambarkan bagaimana para sahabat memahami teguran Allah dalam Surah al-Ḥadīd ayat 16. Teguran tersebut menunjukkan betapa pentingnya kekhusyukan hati serta konsistensi dalam mengingat Allah, bahkan bagi generasi yang paling dekat dengan sumber ajaran Islam.
Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa ayat ini merupakan peringatan keras dan lembut sekaligus bagi kaum muslimin agar tidak melalaikan hati. Meski para sahabat telah memeluk Islam, Allah tetap menegur mereka setelah empat tahun masa keimanan agar hati mereka tidak menjadi keras dan tidak jauh dari zikir. Dari sini dipahami bahwa seorang muslim dituntut untuk terus memperbarui keimanan dan menjaga kelembutan hati melalui zikir, ibadah, dan penghayatan ayat-ayat Allah.
Dalam kesempatan ini, Dr. Dzikri juga menekankan pentingnya senantiasa mengingat Allah dalam seluruh aktivitas. Seorang muslim dituntut tidak hanya beribadah secara ritual, tetapi juga meniatkan seluruh kegiatannya sebagai ibadah, agar tidak tergolong orang-orang yang merugi. Aktivitas keseharian yang diniatkan karena Allah dapat menjadi ladang amal, sehingga menjaga hati tetap hidup dan lembut. Penegasan ini sejalan dengan semangat ayat yang mengajak kaum beriman untuk kembali menundukkan hati mereka kepada Allah.
Sebagai penutup, beliau menyampaikan bahwa hadis ini mengandung hikmah penting, yaitu dorongan untuk tidak merasa aman dari kelalaian. Hati manusia mudah berubah dan memerlukan peringatan terus-menerus. Teguran Allah kepada para sahabat merupakan bentuk kasih sayang agar mereka tetap berada di atas jalan yang lurus. Dengan demikian, umat Islam masa kini lebih patut untuk mengambil pelajaran, memperbaiki kualitas ibadah, serta menjaga agar hati selalu khusyuk dalam mengingat Allah. Kegiatan halaqah sore ini kemudian diakhiri dengan doa bersama dan ajakan untuk mengamalkan kandungan ayat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.



