
Kajian Tasawuf: Memahami Hakikah Ikhlas dan Bahaya Riya
Jumat, 31 Oktober 2025 telah dilaksanakan halaqah rutin tasawuf dengan kajian kitab Sirāj al-Thālibīn, yang pada pertemuan kali ini membahas tema penting tentang ikhlas.
Dalam pemaparan kajian disebutkan bahwa lawan dari ikhlas adalah riya, yaitu keinginan untuk memperoleh manfaat duniawi melalui amal yang seharusnya ditujukan untuk akhirat. Iradah di sini termasuk dalam af‘āl al-qulūb (perbuatan hati), karena ikhlas sangat berkaitan dengan motivasi dalam beramal. Disebutkan pula bahwa riya terbagi menjadi dua jenis, yaitu riya murni dan riya campuran. Riya murni adalah ketika seseorang beramal hanya untuk tujuan duniawi semata, sedangkan riya campuran ialah ketika seseorang menginginkan manfaat dunia dan akhirat sekaligus.
Dijelaskan bahwa ikhlas dalam pekerjaan dapat mendekatkan seseorang kepada Allah, sedangkan ikhlas dalam mencari pahala menjadikan amal diterima dan mendapatkan ganjaran sempurna dari Allah Ta‘ala. Adapun kemunafikan dapat membatalkan amal, sehingga perbuatan tersebut kehilangan nilainya sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah.
Menurut sebagian ulama, riya murni tidak terdapat pada orang yang arif (bijak) karena mereka senantiasa mengingat akhirat. Namun, sebagian ulama lain berpendapat bahwa riya murni bisa saja muncul ketika seseorang lalai. Riya murni dikatakan dapat menghapus separuh pahala, sementara riya campuran menghapus seperempat pahala yang seharusnya dilipatgandakan.
Kesimpulan dari kajian ini menegaskan bahwa ikhlas adalah sebuah usaha (effort) yang memerlukan latihan dan kejujuran hati. Orang yang tidak ikhlas biasanya akan merasa terbebani dan tertekan dalam beramal. Dengan demikian, penting bagi setiap muslim untuk terus melatih diri agar beramal semata-mata karena Allah, bukan karena pandangan manusia.


