
KAJIAN TASAWUF: BAHAYA RIYA’ SERTA PENTINGNYA KESEIMBANGAN ANTARA KHAUF DAN RAJA’
Pada hari Jum’at 3 Oktober 2025, telah dilaksanakan kembali Halaqah Kajian Tasawuf dengan pembahasan mengenai Bahaya Riya’ serta Pentingnya Keseimbangan antara Khauf dan Raja’.
Materi utama yang dikaji bersumber dari hadis Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa beliau berkata:
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : « إِنَّ النَّارَ وَأَهْلَهَا يَعُجُّونَ مِنْ أَهْلِ الرِّيَاءِ، قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تَمُجُ النَّارُ ؟ قَالَ مِنْ حَرِّ النَّارِ الَّتِي يُعَذِّبُونَ بِهَا ، وَفِي هَذِهِ الْفَضائح عِبْرَةٌ لأولى الْأَبْصَارِ ، وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ وَلِيُّ الْهِدَايَةِ بِفَضْلِهِ .
Hadis ini menegaskan bahwa riya’ merupakan sebab utama yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam azab neraka, karena amal yang dilakukan bukan karena Allah, melainkan demi pujian manusia.
Pengampu halaqah kemudian memberikan tambahan penjelasan bahwa dalam perjalanan spiritual seorang hamba, harus ada keseimbangan antara khauf (rasa takut) dan raja’ (harapan). Raja’ adalah harapan agar amal yang dikerjakan diterima oleh Allah, sedangkan khauf adalah rasa takut akan sifat riya’ yang dapat merusak amal dan menyeret pelakunya ke neraka.
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa riya’ merupakan salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya, karena dapat menghapus nilai ibadah di sisi Allah. Oleh sebab itu, seorang salik harus selalu menjaga niat agar amalnya murni dilakukan karena Allah semata.
Kajian ditutup dengan nasihat agar setiap ibadah senantiasa dilandasi niat ikhlas, serta menyeimbangkan antara rasa takut dan harapan dalam beribadah, sehingga terhindar dari riya’ dan mendapat ridha Allah Ta’ala.