
Akal dan Wahyu dalam Pandangan Ibn Rusyd
Senin, 13 Oktober 2025 bertepatan dengan 20 Rabiul Akhir 1447 H, setelah salat Asar, telah dilaksanakan kegiatan Halaqah Tauhid di Masjid Abdurrahman Ismail. Kegiatan ini merupakan bagian dari program rutin kajian keislaman yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman teologis dan filosofis dalam ajaran Islam.
Halaqah ini membahas kitab al-Kasf ʿan Manāhij al-Adillah fī ʿAqāʾid al-Millah karya Ibn Rusyd, seorang pemikir besar Islam yang dikenal sebagai jembatan antara filsafat Yunani dan pemikiran Islam. Kajian tersebut dipimpin oleh Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., dan diikuti oleh para mahasiswa PKU serta jamaah Masjid Abdurrahman Ismail yang hadir dengan antusiasme tinggi untuk mendalami hubungan antara akal, wahyu, dan iman.
Dalam penyampaiannya, Prof. Mujiburrahman menjelaskan bahwa wahyu diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan, sehingga manusia tidak cukup hanya mengandalkan rasionalitas semata, tetapi juga harus berpegang teguh pada kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman utama. Beliau menekankan pentingnya keseimbangan antara akal dan wahyu, karena keduanya berfungsi saling melengkapi dalam membimbing manusia menuju kebahagiaan sejati.
Lebih lanjut, Prof. Mujiburrahman menguraikan bahwa pemikiran Ibn Rusyd memiliki keterkaitan dengan gagasan Aristoteles mengenai struktur berpikir dan perilaku manusia. Ibn Rusyd membagi pemikiran manusia menjadi dua jenis, yaitu pemikiran ‘amali (praktis) dan pemikiran nadzori (teoritis). Pemikiran ‘amali berkaitan dengan tindakan nyata atau amal saleh, sedangkan pemikiran nadzori berhubungan dengan perenungan rasional terhadap kebenaran dan keimanan.
Menurut penjelasan beliau, iman merupakan hasil dari proses pemikiran teoritis, sedangkan amal saleh merupakan buah dari pemikiran praktis. Apabila seseorang senantiasa melakukan kebaikan dalam hidupnya, maka hal tersebut merupakan fadhilah (keutamaan). Sementara itu, ketika seseorang menggunakan akal dan kecerdasannya untuk mendalami ilmu dan hikmah, maka balasannya adalah kebahagiaan di akhirat.
Kegiatan halaqah ini berlangsung dengan suasana yang khidmat dan penuh semangat. Para peserta terlihat aktif memperhatikan penjelasan, mencatat poin-poin penting, serta menunjukkan minat mendalam terhadap hubungan antara pemikiran filsafat Islam dan ajaran tauhid.
Dengan demikian, kegiatan Halaqah Tauhid di Masjid Abdurrahman Ismail pada tanggal tersebut berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang besar bagi seluruh peserta. Kajian ini diharapkan dapat terus menjadi ruang intelektual dan spiritual bagi mahasiswa serta jamaah untuk memperkuat pemahaman keislaman yang rasional dan berlandaskan wahyu.



