
Kajian Shafwah at-Tafāsīr: Kedudukan Wali Allah dan Peringatan terhadap Kesesatan Akidah
Rabu, 10 September 2025, ba’da Ashar, bertempat di Masjid Ismail Abdurrahman, telah diselenggarakan kembali halaqah tafsir rutin yang merupakan lanjutan dari kajian sebelumnya. Pada pertemuan kali ini, pembahasan mengkaji Shafwatut Tafāsīr, sebuah karya tafsir komprehensif karya Syekh Muhammad Ali ash-Shabuni, dengan fokus pada Surah Yūnus ayat 62 dan ayat-ayat setelahnya.
Halaqah ini dibimbing langsung oleh Pembina Halaqah, Prof. Dr. H. Abdullah Karim, M.Ag., dan disampaikan oleh pemateri, Elviana Rizka Amelia. Dalam pengantar pembuka, Prof. Abdullah Karim menekankan pentingnya mengkaji Al-Qur’an secara mendalam agar umat Islam mampu mengambil pelajaran dan memperkuat akidah di tengah tantangan zaman.
Kajian kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tafsir ayat yang membahas kedudukan walī Allāh (wali Allah), yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa. Disebutkan bahwa para wali Allah senantiasa menjaga diri dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Mereka dijanjikan kabar gembira berupa ketenangan hidup di dunia dan kenikmatan abadi di akhirat.
Pemateri juga mengupas tanda-tanda kekuasaan Allah dalam kehidupan, serta bagaimana kaum-kaum terdahulu seperti Yahudi, Nasrani, dan musyrikin tergelincir dalam kesesatan akidah dengan menisbatkan anak kepada Allah, ini suatu bentuk kebohongan besar yang berujung pada azab.
Dalam penjelasannya, Elviana Rizka Amelia menekankan bahwa Allah Mahasuci dan Mahakaya, tidak membutuhkan makhluk, apalagi disekutukan. Pelajaran penting dari ayat ini adalah kewajiban bagi umat Islam untuk senantiasa menjaga kemurnian tauhid, menjauhi segala bentuk syirik, serta membangun relasi sosial yang dilandasi cinta karena Allah.
Sebagai penutup, disampaikan pesan penting bahwa siapa pun yang menjaga iman dan takwa secara konsisten, maka ia berpeluang besar untuk meraih kedudukan mulia sebagai wali Allah yang dijanjikan kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun akhirat.