
Menggabungkan Amal dan Husnudzon: Antara Harapan, Angan-Angan, dan Kenyataan: Kajian Tasawuf
Jumat, 9 Mei 2025, telah dilaksanakan kembali kegiatan halaqah rutin yang membahas Kitab Shirojuth Tholibin Jilid 2, halaman 345–347. Halaqah ini dibimbing oleh Bapak Bashori..
Kajian ini mengangkat tema penting tentang perbedaan antara husnuzan (prasangka baik kepada Allah) yang benar dan angan-angan kosong yang menipu. Hadis Nabi Muhammad SAW menjadi landasan awal pembahasan, bahwa orang yang cerdas adalah yang menundukkan hawa nafsunya dan mempersiapkan diri untuk akhirat, sedangkan orang yang lemah hanyalah mengikuti keinginannya dan berharap tanpa amal.
Al-Hasan Al-Bashri mengingatkan bahwa banyak orang tertipu oleh harapan, mengira bahwa husnuzan kepada Allah bisa menggantikan amal, padahal itu adalah kebohongan. Ditekankan bahwa jika seseorang benar-benar berprasangka baik kepada Tuhannya, maka ia pasti akan beramal baik sebagai bukti keyakinannya.
Pembahasan ini diperkuat dengan firman Allah dalam QS Al-Kahfi: 110, yang memerintahkan agar harapan terhadap pertemuan dengan Allah harus diiringi dengan amal saleh. Juga disebutkan dalam QS Fussilat: 23, bahwa orang-orang yang berprasangka keliru terhadap Allah akan termasuk golongan yang merugi.
Selanjutnya dikisahkan dialog antara Ja’far ash-Shadiq dan seorang ahli ibadah bernama Abu Maisarah, yang menunjukkan bagaimana kesungguhan dalam ibadah tidak boleh disalahartikan sebagai bentuk keputusasaan, tetapi sebagai bukti kesungguhan dalam berharap rahmat Allah secara nyata.
Pada halaman 347, ditegaskan bahwa rahmat Allah itu dekat bagi orang yang berbuat baik, bukan hanya bagi mereka yang berharap tanpa amal. Ja’far berkata, “Jika semua Rasul, para pengganti, dan para wali bersungguh-sungguh dalam ibadah dan menjauhi maksiat, masihkah kita merasa cukup hanya dengan harapan?” Ini menunjukkan bahwa pengharapan yang tidak disertai usaha adalah bentuk penipuan spiritual. Karenanya, umat Islam diajak untuk merenungi kondisi diri, bangkit dari kelalaian, dan bersungguh-sungguh dalam ketaatan.
Pesan kuat dari halaqah ini adalah bahwa husnuzan yang benar mendorong pada amal nyata, bukan menjadi pembenaran untuk bermalas-malasan. Allah adalah penolong dalam keberhasilan, namun keberhasilan itu diraih bersama usaha dan kesungguhan.