Menjawab Tantangan Kaum Musyrik: Telaah Tafsir Surah Yunus ayat 15–20

Rabu, 09 April 2025, Program Khusus Ulama (PKU) kembali melaksanakan kegiatan rutinnya berupa Kajian Tafsir Al-Qur’an yang bertempat di Banjarmasin. Kajian ini dipandu langsung oleh Prof. Dr. Abdullah Karim, M.Ag., dengan pemaparan materi oleh Khoirul Iman dan dipandu oleh Saudara Rezki Nur Rahmat selaku moderator.
Kajian pada kesempatan kali ini membahas Surah Yunus ayat 15–20 dengan merujuk pada kitab Tafsir Safwah at-Tafasir. Kegiatan dibuka dengan pembacaan dan penjelasan ayat-ayat sebagai berikut:
Ayat 15: Ayat ini mengisahkan sikap kaum musyrikin yang meminta agar Nabi Muhammad SAW mendatangkan Al-Qur’an yang berbeda dari apa yang diturunkan, sebagai bentuk olok-olok. Dijelaskan bahwa Nabi hanyalah seorang hamba yang diperintahkan untuk menyampaikan wahyu, dan tidak memiliki wewenang untuk mengubah isi Al-Qur’an.
Ayat 16: pada ayat ini Nabi menjelaskan bahwa jika Al-Qur’an bukan dari Allah, maka beliau tidak akan menyampaikannya kepada mereka. Sebab, Nabi telah hidup bersama kaumnya selama 40 tahun sebelum kenabian, yang seharusnya cukup menjadi bukti kejujuran dan integritas beliau.
Ayat 17: Dalam ayat ini menegaskan bahwa tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan atas nama Allah dan mendustakan ayat-ayat-Nya. Orang-orang berdosa seperti ini tidak akan memperoleh kebahagiaan.
Ayat 18: ayat ini mengkritik penyembahan berhala yang tidak mampu memberi manfaat atau mudarat. Berhala-berhala tersebut tidak layak disembah dan tidak bisa memberikan syafaat, karena mereka tidak memiliki ilmu maupun kekuasaan sedikit pun.
Ayat 19: Menjelaskan bahwa umat manusia awalnya berada dalam satu agama (Islam), namun kemudian mereka berselisih. Allah kemudian mengutus para Rasul sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
Ayat 20: Mengomentari keinginan orang-orang kafir untuk melihat mukjizat fisik sebagaimana nabi-nabi terdahulu. Allah menegaskan bahwa perkara gaib adalah urusan-Nya, dan Nabi hanya menyampaikan wahyu.
Selama sesi kajian, muncul beberapa pertanyaan dari penanggap utama, antara lain:
Apa faedah menjawab keinginan kaum musyrik yang meminta Al-Qur’an lain?
- Untuk menegaskan bahwa Rasul hanyalah hamba Allah yang bertugas menyampaikan wahyu, bukan pengubah Al-Qur’an.
- Sebagai penggambaran kemurnian kenabian Rasulullah SAW yang tidak terpengaruh oleh unsur politik, suku, atau kepentingan lain.
Apa penyebab agama mereka dulu terpecah?
- Perselisihan dalam agama yang dipengaruhi oleh hasutan iblis, sehingga memunculkan sekte-sekte dalam kepercayaan mereka.
Apa alasan rasional bahwa Al-Qur’an adalah wahyu?
- Melalui ketokohan Nabi Muhammad SAW yang terbukti jujur dan amanah sepanjang hidupnya, khususnya dalam menyampaikan wahyu, menjadi indikator bahwa Al-Qur’an bukan buatan manusia.
Tambahan dari Prof. Dr. Abdullah Karim, M.Ag bahwa sekecil apa pun perbedaan huruf dalam penafsiran Al-Qur’an, pasti memiliki perbedaan makna yang signifikan. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam dan teliti menjadi sangat penting dalam mengkaji tafsir.”