Mengungkap Dalil Kenabian: Antara Mukjizat Supernatural dan Kekuatan Wahyu dalam Kajian Ibnu Rusyd

Banjarmasin, Senin 24 Februari 2025
Pada hari ini kembali dilaksanakan halaqoh rutinan, yang bertempat di Masjid Abdurrahman Ismail, UIN Antasari Banjarmasin, yang disampaikan oleh bapa Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A. yaitu kajian terhadap Kitab Al- Kashf’an Manahij al- Adillah fi ‘Aqaid al- Millah karya Ibnu Rusyd.
Kajian ini membahas mengenai dalil kenabian, perbedaan antara mukjizat supernatural dan wahyu, serta pendekatan rasional dalam memahami kebenaran kenabian.
Terdapat dua sudut pandang utama dalam memahami dalil kenabian. Pertama, mukjizat supernatural yang sering dianggap oleh orang awam sebagai bukti kenabian, seperti berjalan di atas air atau menyembuhkan penyakit. Kedua, mukjizat wahyu yang merupakan tanda kenabian paling kuat, karena diberikan Allah secara khusus kepada individu tertentu dalam periode tertentu untuk membawa syariat sebagai pedoman hidup manusia.
Dalam perbandingan antara mukjizat supernatural dan wahyu, tindakan luar biasa seperti berjalan di atas air memang menakjubkan, tetapi masih bisa ditemukan dalam kehidupan manusia. Sebaliknya, mukjizat wahyu lebih unggul karena membawa hukum dan syariat yang membimbing umat manusia menuju kebahagiaan dan kebenaran. Oleh karena itu, kebenaran kenabian lebih kuat dibuktikan melalui wahyu daripada hanya sekadar peristiwa supernatural yang berdiri sendiri.
Dalam ilmu logika (mantiq), terdapat dua konsep penting dalam memahami kenabian. Pertama, tashawwur (persepsi), yaitu memahami hakikat sesuatu melalui definisi yang jelas. Kedua, tashdiq (afirmasi), yaitu memastikan bahwa suatu pernyataan benar dengan menggunakan dalil yang kuat. Maka dari itu untuk membuktikan kenabian Rasulullah Muhammad ﷺ dengan membaca dan memahami Al-Qur’an
Perbedaan antara ilmu aqli (rasionalitas) dan naqli (nukilan) juga perlu diperhatikan. Ilmu naqli bergantung pada sumber yang dikutip, sehingga kualitas kebenarannya tergantung pada keandalan sumbernya. Sementara itu, ilmu aqli tidak hanya bergantung pada sumber tetapi lebih pada rasionalitas dan pembuktian yang sistematis. Berpikir analitis, koheren, dan sesuai dengan kenyataan adalah kunci dalam memahami kebenaran kenabian secara lebih dalam.
Kesimpulannya, dalil kenabian yang paling kuat adalah adanya wahyu, bukan hanya mukjizat supernatural. Wahyu membawa syariat sebagai pedoman hidup manusia. Oleh karena itu, pendekatan rasional dan sistematis sangat diperlukan dalam memahami dan membenarkan kenabian Rasulullah Muhammad ﷺ. Memadukan ilmu naqli dan aqli, serta melatih berpikir analitis, menjadi kunci utama dalam memahami konsep ini secara utuh.