“Menggapai Syukur dan Harapan: Pelajaran Tasawuf dari Siraju At-Thalibin tentang Rahmat Allah dan Keteguhan Rasulullah saw.”
Banjarmasin, 25 Oktober 2024 – Pada Jumat pagi, mahasiswa/i Program Khusus Ulama kembali mengikuti kajian rutin Tasawuf yang dilaksanakan di Masjid Abdurrahman Ismail, Banjarmasin. Kajian kali ini berfokus pada pembahasan dari kitab *Siraju At-Thalibin*, yang dibimbing oleh Ustadz Bashori, M.Ag. Pertemuan ini dimulai dengan pembacaan oleh Saudara Harratulisan, melanjutkan dari kajian sebelumnya di halaman 279.Dalam kajian tersebut, dibahas mengenai keutamaan Rasulullah Muhammad saw., pemimpin para rasul dan makhluk yang paling mulia di sisi Allah. Ustadz Bashori mengutip firman Allah dalam Surah Hud ayat 112 yang memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk tetap teguh di jalan yang benar. Ayat ini begitu menggetarkan hati Nabi, hingga beliau bersabda, “Aku menjadi ubanan karena Surah Hud ini dan yang sepertinya.” Ini menunjukkan betapa mendalamnya tanggung jawab yang dirasakan oleh Nabi saw. sebagai pemimpin umat.
Selain itu, Ustadz Bashori juga mengingatkan bahwa meskipun Allah telah mengampuni dosa-dosa Nabi Muhammad saw., baik yang terdahulu maupun yang akan datang, beliau tetap bersungguh-sungguh dalam ibadah. Rasulullah saw. sering melakukan shalat malam hingga kakinya bengkak. Ketika ditanya oleh sahabat terdekatnya mengapa beliau terus melakukannya, padahal sudah diampuni, Rasulullah saw. menjawab, “Tidakkah sebaiknya aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Pembahasan berlanjut pada penjelasan tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai ampunan Allah kepada Nabi Muhammad saw., di antaranya adalah Surah Al-Mu’min ayat 55 dan Al-Fath ayat 2, yang menunjukkan betapa luasnya rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Dalam kajian ini, Ustadz Bashori juga menekankan pentingnya harapan (raja’) kepada rahmat Allah yang sangat luas. Allah bisa saja memaafkan dosa-dosa hamba-Nya yang telah dilakukan selama puluhan tahun hanya karena iman dan taubat yang tulus. Mustahil bagi manusia untuk mencapai batas akhir rahmat Allah, dan inilah yang menjadi sumber harapan bagi setiap muslim. Dalam hal ini, kisah Nabi Yunus bin ‘Ubaid turut dijadikan pelajaran, bahwa sanksi di dunia tidak menjamin terbebasnya seseorang dari hukuman akhirat jika tidak disertai taubat dan ketakwaan.
Pada akhir kajian, Ustadz Bashori mengajak para mahasiswa/i untuk merenungkan ayat dalam Surah Al-Hadid ayat 16, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?” Ayat ini ditujukan kepada para sahabat Rasulullah saw., namun pesan yang terkandung di dalamnya masih relevan bagi umat Islam hari ini, untuk senantiasa memperbarui keimanan dan keikhlasan dalam beribadah.
Kajian Tasawuf ini memberikan pencerahan bagi para peserta mengenai pentingnya syukur, kesadaran akan dosa, dan harapan kepada rahmat Allah yang tidak terbatas. Pertemuan selanjutnya diharapkan dapat memperdalam lagi pembahasan dari kitab *Siraju At-Thalibin* ini.
