Halaqoh Hadis – Program Khusus Ulama
Banjarmasin, (12/03/24) kembali dilaksanakan halaqah hadits yang bertempat di Masjid Abdurrahman Ismail, yang di bimbing oleh Ustad Muhammad Arabiy S.Ag. Pembacaan halaqah dimulai pada Bab selanjutnya.
Pada Hadis ke 239 menggambarkan Rasulullah Muhammad SAW menyatakan bahwa setiap Nabi diberi tanda sebagai bukti kenabian mereka, yang membuat orang percaya kepada mereka. Namun, Muhammad SAW mengatakan bahwa satu-satunya tanda kenabiannya adalah wahyu yang diturunkan Allah. Dia berharap memiliki jumlah pengikut terbanyak di Hari Kiamat.
Lanjut pada Hadis ke-240 menyampaikan bahwa Rasulullah Muhammad SAW bersumpah dengan serius bahwa setiap orang, baik Yahudi maupun Nasrani, yang mendengar tentang ajaran dan kenabian beliau namun tidak memeluk Islam, akan menjadi penghuni neraka. Ini menegaskan pentingnya iman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai jalan menuju keselamatan.
Selanjutnya pada hadis ke-241 menjelaskan bahwa Rasulullah Muhammad SAW menyebutkan tiga jenis orang yang akan mendapat pahala ganda. Pertama, orang Ahli Kitab yang beriman kepada nabi mereka dan kemudian beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Kedua, seorang hamba sahaya yang taat kepada Allah dan tuannya. Ketiga, seseorang yang memperlakukan budak perempuannya dengan baik, memberinya makanan yang layak, memberikan pendidikan yang baik, kemudian memerdekakannya dan menikahinya. Asy-Sya’bi menegaskan pentingnya hadis ini kepada seseorang dari Khurasan dengan mengatakan bahwa orang-orang terdahulu bahkan melakukan perjalanan hingga Madinah untuk mendapatkan hadis yang kurang berharga daripada ini.
Bab: Turunnya Isa putera Maryam sebagai hakim dengan syariat Nabi kita Muhammad Saw.
Hadis ke-242 menyampaikan bahwa Rasulullah Muhammad SAW bersumpah bahwa kedatangan Isa bin Maryam sebagai hakim yang adil akan segera terjadi. Isa akan menghancurkan salib, menghilangkan konsep jizyah, dan membasmi babi. Selain itu, harta akan berlimpah ruah sehingga tidak ada yang ingin menerimanya. Beberapa riwayat menambahkan bahwa Isa akan menjadi hakim yang adil dan bahwa sujud kepada Allah akan lebih baik daripada dunia dan segalanya di dalamnya. Hadis ini juga mengutip ayat Al-Quran (Surah An-Nisa: 159) yang menyatakan bahwa setiap Ahli Kitab akan beriman kepada Isa sebelum kematiannya.
Selanjutnya Hadis ke-243 menjelaskan bahwa Rasulullah Muhammad SAW menyatakan dengan sumpah bahwa Isa bin Maryam akan turun sebagai hakim yang adil. Isa akan melakukan beberapa tindakan, antara lain mematahkan salib, menghilangkan konsep jizyah, dan membasmi babi. Isa juga akan meninggalkan unta muda tanpa berusaha mendapatkannya. Akibatnya, permusuhan, kebencian, dan hasad (iri hati) akan lenyap, dan meskipun Isa akan mengajak orang untuk menerima sedekah, tidak ada yang akan menerimanya. Ini menunjukkan bahwa kedatangan Isa akan membawa perubahan besar dalam tatanan sosial dan spiritual umat manusia.
Hadis ke-244 menyampaikan bahwa Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat tentang bagaimana keadaan mereka ketika Isa putra Maryam turun dan menjadi pemimpin bagi mereka. Pertanyaan ini menyoroti pentingnya persiapan dan respons umat Islam terhadap kedatangan Isa sebagai pemimpin mereka.
Selanjutnya Hadis ke-245 juga menyampaikan bahwa Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat tentang bagaimana keadaan mereka ketika Isa putra Maryam turun dan menjadi pemimpin bagi mereka. Ini menegaskan pentingnya persiapan dan respons umat Islam terhadap kedatangan Isa sebagai pemimpin mereka, seperti yang disebutkan dalam riwayat sebelumnya.
Pada Hadis ke-246 ini dari Sahih Muslim menyampaikan bahwa Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat tentang bagaimana keadaan mereka ketika Isa putra Maryam turun dan menjadi pemimpin bagi mereka. Dalam riwayat ini, seorang sahabat, Nafi’ mantan budak Abu Qatadah, menyampaikan bahwa Abu Hurairah menyebutkan bahwa pemimpin mereka akan berasal dari kalangan mereka sendiri. Ketika ditanya lebih lanjut, Nafi’ menjelaskan bahwa pemimpin tersebut akan mengikuti Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Ini menunjukkan pentingnya menjadikan ajaran Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman dalam kepemimpinan umat Islam.
Hadis ke-247 ini menyampaikan bahwa Jabir bin Abdullah melaporkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa akan selalu ada sekelompok orang dari umatnya yang berperang atas kebenaran, dan mereka akan terus ada hingga hari kiamat. Ketika Isa putra Maryam turun, orang-orang meminta agar Isa memimpin mereka dalam shalat. Namun, Isa menolak dan mengatakan bahwa beberapa dari mereka adalah pemimpin bagi yang lain, sebagai bentuk pemuliaan Allah terhadap umat ini. Hal ini menegaskan bahwa dalam Islam, kepemimpinan dapat dilakukan oleh berbagai individu dalam berbagai konteks, dan bukan hanya oleh satu pemimpin tunggal.
Bab: Penjelasan tentang zaman yang keimanan tidak lagi diterima
Pada Hadis ke-248 menyampaikan bahwa Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa Hari Kiamat tidak akan datang sampai matahari terbit dari arah barat. Ketika itu terjadi, semua manusia akan beriman kepada Allah, tetapi iman mereka pada saat itu tidak akan bermanfaat bagi mereka yang sebelumnya tidak beriman atau tidak melakukan kebaikan dalam keimanannya. Hal ini menggambarkan kepastian akan datangnya Hari Kiamat dan bahwa saat itu adalah saat yang terlambat bagi mereka yang belum beriman atau berusaha mengerjakan kebaikan.
Hadis ke-249 dari Sahih Muslim menyampaikan bahwa Rasulullah Muhammad SAW menyebutkan tiga peristiwa yang, ketika terjadi, iman seseorang yang sebelumnya telah beriman atau telah berusaha berbuat baik dalam imannya tidak akan lagi bermanfaat bagi mereka. Ketiga peristiwa tersebut adalah: pertama, terbitnya matahari dari arah barat; kedua, kedatangan Dajjal (penipu besar dalam Islam); dan ketiga, munculnya makhluk melata di bumi. Ini menegaskan bahwa ada batas waktu tertentu di mana peluang untuk bertobat dan memperbaiki iman akan ditutup, dan setelah itu, tidak akan ada manfaat bagi mereka yang terlambat.
Selanjutnya Hadis ke-250 dari Sahih Muslim menyampaikan bahwa Rasulullah Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat tentang ke mana matahari pergi. Mereka menjawab bahwa hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa matahari beredar hingga berhenti di bawah Arsy dan sujud di sana. Setelah diperintahkan untuk naik dan kembali ke tempatnya semula, matahari kembali ke tempat terbitnya. Namun, pada saat tertentu, matahari akan diperintahkan untuk terbit dari barat. Rasulullah menjelaskan bahwa saat itu terjadi, iman seseorang tidak akan berguna bagi dirinya jika dia belum beriman sebelumnya atau belum berusaha melakukan kebaikan dalam imannya. Ini menegaskan bahwa akan ada saat ketika peluang untuk bertobat dan memperbaiki iman akan ditutup, dan pada saat itu, iman seseorang tidak akan lagi bermanfaat bagi mereka yang terlambat.
Pada Hadis selanjutnya menyampaikan bahwa Abu Dzar melaporkan bahwa ketika matahari terbenam, Rasulullah Muhammad SAW bertanya kepadanya tentang kemana matahari pergi. Abu Dzar menjawab bahwa hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa matahari pergi dan meminta izin untuk sujud, dan diberi izin untuk melakukannya, seolah-olah diperintahkan untuk kembali ke tempatnya semula. Kemudian, matahari akan terbit dari arah barat. Hadis ini menegaskan bahwa ada saat di mana matahari akan terbit dari arah barat, yang menurut penjelasan ulama, merupakan tanda-tanda besar hari kiamat.
Kemudian Hadis selanjutnya menyampaikan bahwa Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah tentang ayat Al-Quran yang menyebutkan bahwa matahari beredar pada tempat porosnya. Rasulullah menjawab bahwa tempat poros matahari adalah di bawah Arsy. Ini menunjukkan penafsiran Rasulullah terhadap ayat tersebut, yang menjelaskan bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan atas seluruh alam semesta, termasuk matahari yang beredar pada tempatnya di bawah Arsy-Nya.
Bab: Permulaan wahyu untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam
Hadis ke-252, 253, 254 dari Sahih Muslim menggambarkan awal pengalaman kenabian Rasulullah Muhammad SAW. Aisyah, istri Nabi, menceritakan bahwa wahyu pertama yang datang kepada Rasulullah adalah dalam bentuk mimpi yang benar saat dia berada di gua Hira’. Setiap kali beliau memiliki mimpi tersebut, keheningan subuh datang, dan dia suka menyepi untuk beribadah. Ketika dia kembali ke rumah, dia membawa sedikit perbekalan dan kembali ke gua Hira’ untuk beberapa malam berikutnya. Pada suatu malam di sana, Malaikat Jibril mendatanginya dan memerintahkan untuk membaca. Namun, Rasulullah menyatakan bahwa dia tidak bisa membaca. Ini terjadi beberapa kali hingga akhirnya Jibril membacakan ayat pertama dari Surah Al-‘Alaq. Rasulullah pulang dalam keadaan takut dan bergegas bertemu Khadijah, yang menghiburnya dan meyakinkannya bahwa Allah tidak akan menghinakannya. Khadijah kemudian membawanya kepada Waraqah bin Naufal, seorang penulis kitab-kitab Injil, yang mengetahui tanda-tanda kenabian. Waraqah meyakinkan Rasulullah tentang kenabiannya dan menyatakan bahwa dia akan mendapat perlawanan dari kaumnya.
Selanjutnya pada Hadis ke-255, 256 menggambarkan pengalaman Rasulullah Muhammad SAW ketika wahyu pertama kali berhenti turun kepadanya untuk sementara waktu. Ketika sedang berjalan-jalan, Rasulullah mendengar suara dari langit dan melihat Malaikat yang pernah mendatanginya di Gua Hira’ sedang duduk di antara langit dan bumi. Rasulullah merasa takut dan meminta agar dia diselimuti. Allah kemudian menurunkan ayat pertama dari Surah Al-Mudatstsir yang mengingatkan agar menghindari berhala dan membersihkan diri dari segala kejahatan. Setelah itu, wahyu kembali turun dengan intensitas yang terus-menerus.Selanjutnya, hadis ini juga mencatat bahwa wahyu berhenti dari Rasulullah untuk sementara waktu, yang membuatnya merasa takut dan jatuh ke tanah. Dalam versi lain hadis ini, Rasulullah menyatakan bahwa takutnya itu disebabkan oleh kehadiran berhala-berhala sebelum turunnya wahyu kembali. Wahyu kemudian kembali turun dengan intensitas yang terus menerus setelah itu.
Kemudian Hadis selanjutnya yaitu hadis ke-257 menjelaskan Yahya bin Abu Katsir bertanya kepada Abu Salamah dan Jabir bin Abdullah mengenai ayat Al-Quran mana yang diturunkan lebih dulu. Keduanya menjawab bahwa ayat pertama yang diturunkan adalah ayat dari Surat Al-Mudatstsir, yang memerintahkan untuk bangkit dan memberi peringatan kepada orang-orang yang berselimut. Jabir bin Abdullah juga menceritakan pengalaman Rasulullah SAW saat beriktikaf di Gua Hira’ selama sebulan. Saat itu, Rasulullah dipanggil oleh Malaikat Jibril yang duduk di atas Arsy antara langit dan bumi. Melihat kejadian itu, Rasulullah merasa ketakutan dan meminta agar diselimuti. Allah kemudian menurunkan ayat pertama dari Surat Al-Mudatstsir untuk memberi petunjuk.
Wallahu A’lam Bisshawab
