Puasa : Halaqah Public Speaking PKU Putra

Banjarmasin (11/10/2023) kembali dilaksanakan tutorial public speaking (muhadhoroh) yang dibimbing oleh ustadz Mahmud di Masjid Abdurrahman Ismail. Dan pada pertemuan kali ini akan membahas tema puasa yang akan disampaikan oleh

• Ahmad Qadhiri
• Zaini Ahmad Ghani
• Khoirul Iman

Dimulai dengan penyampaian oleh Ahmad Qadhiri yang membahas mengenai sejarah puasa. Puasa sendiri sudah dikenal bangsa Arab sebelum Islam datang, menurut riwayat puasa pertama kali ada pada zaman Nabi Nuh As yang mana umat Nabi Nuh As berpuasa karena telah selamat dari banjir besar.

Untuk sistematika puasa sendiri sejak zaman Nabi Nuh As berbeda dengan puasa yang ada dengan zaman sekarang. Pada saat itu puasa dilaksanakan dalam satu tahun penuh kecuali saat idul fitri dan idul adha, lalu berlanjut ke zaman Nabi Daud As yang mana seperti kita kenal puasa daud, sistemnya sendiri ialah puasa silang. Lalu pada masa Nabi Ibrahim sistematika puasanya ialah berbeda-beda pendapat, ada yang mengatakan dilaksanakan satu tahun penuh lalu satu tahun tidak, ada juga yang berpendapat pada awal bulan, ayyamul bidh dan akhir bulan, dan masih ada pendapat lainnya.

Dan untuk sistematika puasa pada zaman Nabi Muhammas SAW, dalam riwayat sebelum islam datang orang-orang Arab berpuasa pada hari ‘Asyura, dan ini merupakan salah satu perbuatan suku Arab yang baik dan kemudian Rasullulah SAW memerintahkan umatnya untuk berpuasa ‘Asyura. Dan setelah itu tak lama puasa Ramadan disyariatkan oleh Allah SWT melalui firmannya.

Tujuan puasa sendiri sebagaimana yang disampaikan Ahmad Qadhiri yang diambil dari ceramah Ust. Adi Hidayat ialah untuk membentuk ketaqwaan pada diri kita, untuk membentuk jiwa sosial yang baik, dan yang terakhir ialah untuk melatih kita bersyukur, dan tak lupa puasa juga untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.

Dan disambung dengan penyampaian oleh Zaini Ahmad Ghani yaitu dengan menyampaikan dan mengingatkan para mahasiswa PKU bahwa puasa adalah kewajiban bagi umat Muslim, puasa sendiri juga mengingat dan mengajarkan kita untuk saling berbagi, dan menjaga hawa nafsu, dan masih banyak lagi hikmah yang dapat kita temui ketika berpuasa, baik itu adanya lailatul qadr yang pahalanya lebih baik dari seribu bulan dan lain sebagainya.

Kemudian penyampaian terakhir disampaikan oleh Khairul Iman yang membedah ayat puasa yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Dari ayat diatas jika ditelaah lebih lanjut maka kita akan mendapati bahwa puasa (ramadan) diwajibkan hanya kepada orang yang beriman, karena yang beriman sudah pasti muslim. Lalu kemudian pada kata “kutiba” yang menggunakan fiil majhul, yang tandanya bahwa perintah puasa sendiri merupakan perintah yang dilakukan terus menerus, bukan hanya pada zaman Rasullulah SAW saja tapi terus menerus hingga akhir zaman nantinya. Pada kalimat “La’allakum” yang tidak menggunakan kata “Ilaikum” menandakan bahwa perintah puasa sendiri apabila dikerjakan akan mendapatkan konsekuensi berupa pahal dan apabila tidak dikerjakan akan mendapatkan hukuman. Namun bagaimana ketika seorang itu ada udzur (halangan) maka pada ayat selanjutnya Allah SWT memberikan keringanan kepada hambanya, yaitu dengan diperbolehkannya tidak berpuasa apabila sedang udzur namun tetap untuk diganti ketika sudah bisa melakukan puasa (mengqadha puasa).

Setelah semua penyampaian para petugas muhadharah, ustadz Mahmud sebagai pembimbing memberikan masukan dan saran kepada petugas dan para mahasiswa, tak lupa juga beliau memberikan sedikit ilmu mengenai puasa. Yaitu hendaknya ketika melaksanakan puasa kita tidak meninggalkan dan melupakan ibadah-ibadah yang sudah sering dilaksanakan ketika bulan Ramadhan, karena itulah tujuan dan hasil dari puasa yang mana untuk meningkatkan kualitas diri baik dari segi taqwa dan keimanan kepada Allah SWT.

Wallahu A’lam