Pernyataan Tentang Wahdaniyah: Halaqah Tauhid PKU
Banjarmasin (15/10/2023), kembali dilaksanakan halaqah tauhid yang dibimbing oleh Prof. Dr. Mujiburrahman, MA di Masjid Abdurrahman Ismail. Dan pada pertemuan kali ini membahas mengenai pernyataan tentang wahdaniyah dalam kitab Ibnu Rusyd
Bagian Kedua: Pernyataan tentang wahdaniyah
1- Dalil Qur’an atas keesaan Allah
(86) Jika dikatakan: Apakah thariqah ini merupakan thariqah syariyyah dalam mengenal Allah. Maka apakah thariqah tentang keesan dalam syariat juga? Sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah. Maka hal ini merupakan bentuk nafi yakni makna tambahan atasa jawaban (الذي) dalam kalimat ini. Dan jawaban ini telah ditetapkan oleh kalangan mutaqaddimin.
(87) Adapun meniadakan Tuhan selain Allah, merupakan thariqah syariyyah yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Hal tersebut termuat dalam 3 ayat, yakni; al-Anbiya ayat 22, al-Mu’minun ayat 91 dan al-Isra ayat 42.
(88) Maka ada pun ayat yang pertama, merupakan dalil yang disadari secara fitrah. Maka sudah kita pahami secara maklum dengan sendirinya. Setiap salah satu dari kedua nya, mengerjakan apa yang dikerjakan salah satunya. Karena tidak mungkin untuk dua orang pemimpin mengurus satu kota. Karena sesungguhnya tidak mungkin untuk melakukan dua hal dalam satu pekerjaan. Sehingga apabila hal tersebut terjadi, maka rusak lah hal tersebut (al-Anbiya ayat 22).
Pembimbing mengatakan, sebagai tambahan ilmu pengetahuan setidaknya ada tiga hal mengenai asumsi alam semesta:
– Alam yang dipelajari (manusia) dalam jangka tertentu tidak mengalami perubahan yang serius (Radikal),
– Adanya hukum sebab akibat, dan
– Adanya keserupaan objek tertentu dengan objek yang lain. Sedangkan fungsi ilmu sendiri adalah:
– Menjelaskan
– Meramalkan setelah tau penjelasan nya
– Mengendalikan.
Sedangkan jika kita melihat konteks masyarakat Arab pra-Islam, mengenai konteks keesaan Allah. Sebenarnya mereka (menurut para ahli) menerima saja mengenai konsep ini (katuhanan), namun yang tidak diterima adalah konsep persamaan dan kesetaraan dalam Islam.
(89) Adapun sabdanya: “Oleh karena itu, setiap Tuhan pasti akan pergi dengan apa yang diciptakannya,” ini adalah tanggapannya terhadap orang- orang yang mengemukakan banyak Tuhan dengan perbuatan yang berbeda- beda. diantaranya tidak taat satu sama lain, hingga tidak mempunyai satu kesatuan. Karena dunia ini satu, maka dunia tidak boleh ada melalui banyak dewa dengan perbuatan yang berbeda- beda.
(90) Adapun firman Allah dalam al-Isra ayat 42 kurang lebih dengan ayat yang pertama. Namun kesimpulan dari ayat ini menurut Ibnu Rusyd jika Arsy dihubungkan dengan Satu Tuhan itu bisa diterima, namun jika ada dua Tuhan namun menyandarkan diri pada Arsy yang satu maka pastilah salah satunya palsu.
(91) Maka inilah dalil alamiyah serta syariyyah dalam mengenal keesaan Allah. Adapun perbedaan antara para ulama dan orang awam dalam memahami dalil ini adalah mengenai kedetilannya. Inilah isyarat dalam firman Allah dalam ayat nya.
Wallahu A’lam
