Iftiqar Dalam Sifat 20 Allah Swt : Kajian Tauhid PKU
Senin (06/06/23) kembali dilaksanakan halaqah kajian kitab Arab Melayu dibawah bimbingan bapak H. Ibnu Araby, M.Fil.I dengan kitab Miftahul Jannah yang bertempat di balkon asrama 1 Ma’had Al-Jami’ah, UIN Antasari Banjarmasin.
Pertemuan kali ini dimulai dengan pembahasan iftiqar dalam sifat 20. Dengan penjelasan dialektik, muallif kitab menuliskan
“(Sual) Sifat Iftiqar itu berapa bangsa (Jawab) Atas tiga bangsa suatu bangsa wujudi yaitu ma’ani, kedua bangsa tsubuti yaitu ma’nawiyah dan ketiga ‘adam yaitu salbiyah maka sekalian itu terkandung di dalam kalam nya (Laa Ilaha Illa Allah)…”
Pembimbing menjelaskan bahwa wujudi merupakan sifat yang ada pada Allah, sedangkan tsubuti merupakan sifat yang melekat pada dzat Allah. Kemudian, yang dimaksud sifat ‘adam yakni sifat yang keberadaannya tidak melekat pada Dzat Allah. Dalam menjelaskan nya, beliau mengibaratkan seperti seorang sopir.
“… maka jadilah jumlah nya ampat puluh delapan (kemudian) daripada itu hendaklah kita ketahui nafi dan itsbat di dalam kalimat (Laa Ilaha Illa Allah)…”
Dalam matan kali ini, muallif kitab menjelaskan dari sisi nahwu dan kesesuaian kalimat tersebut dengan dalil naqli maupun aqli. Dalam penjelasan nahwu nya sendiri, bisa dirincikan menjadi
ا : لا نافع
اله : منفع
الا : اثبات
الله : مثبت
Dimana dalam kalimat ini, ada penegasian terhadap berbagai tuhan yang sebenar-benarnya disembah kecuali Allah Swt. Yakni, tidak ada Tuhan yang sebenar-benarnya kecuali Allah.
“… Dan adapun yang terkandung didalam kalimat Muhammad Rasulullah itu (1) enam belas tiga pada yang wajib (dan tiga) pada yang mustahil dan…”
pada matan ini muallif kitab menjelaskan mengenai jumlah sifat-sifat yang terkandung di dalam kalimat Muhammad Rasulullah.
Didalam kitab dijelaskan mengenai sifat-sifat wajib bagi Nabi, yakni Shiddiq (benar yaitu muwafaqqah khabar Rasulullah), amanah (kepercayaan yaitu tidak dipertukarkan antara fardu dengan sunnah dan lainnya), dan tabligh (menyampaikan titah Allah kepada segala jin dan manusia). Kemudian selanjutnya dijelaskan mengenai sifat jaiz bagi seorang Nabi, yang mana ia juga merupakan seorang manusia seperti manusia-manusia lainnya.
Muallif juga menjelaskan tentang banyak nya Nabi, yakni dua puluh empat ribu. Dimana Nabi tidak bertugas menyampaikan kepada masyarakat luas, sedangkan Rasul disuruh menyampaikan kepada masyarakat luas. Dimana, dalam penyampaian wahyu antara Nabi dan Rasul sendiri ada perbedaan. Status seorang Nabi sendiri adalah Islam, meskipun belum mendapatkan wahyu, dimana hal ini disebutkan dalam firman Allah SWT.
Kemudian dibahas lagi mengenai malaikat, dimana malaikat itu bukanlah laki-laki dan bukan pula perempuan yang mana penghulu para malaikat ini ada 4 malaikat. Dilanjutkan lagi mengenai pembahasan mengenai kitab-kitab dan suhuf-suhuf yang diturunkan kepada Nabi. Juga wajib bagi seorang hamba untuk percaya kepada hari akhir sebagai bentuk kesempurnaan iman.
Muallif kitab juga mengatakan wajib juga bagi kita umat Islam untuk mengetahui nasab atau silsilah Nabi Saw. Kemudian dalam penjelasan selanjutnya, muallif menjelaskan mengenai bagaimana Nabi Muhammad secara ringkas.
Disebutkan juga di dalam kitab bahwa ada 28 Nabi yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, dimana 25 yang umum kita ketahui, dan tambahan beberapa orang Nabi seperti ‘Aziz dan Dzul Qarnain. Mengajarkan mengenai para Nabi bagi anak-anak sendiri merupakan hal yang diharuskan, dan juga harus mengajarkan mengenai para Nabi yang tidak diketahui namanya namun tetap harus dipercaya keberadaan nya.
Kemudian mengenai sifat jaiz, muallif kitab memberikan contoh mengenai permasalahan gajah yang dimasukkan ke dalam lubang jarum. Dimana ada yang setuju dengan hal tersebut, sebagai lagi menyatakan hal tersebut tidak bisa. Kemudian ada juga dialektik mengenai pertanyaan tentang memasukkan dunia kedalam kuliat telur. Maka Nabi Idris menyatakan kuasa Allah SWT memasukkan hal tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hal ini ada penafsilan, yang mana hal tersebut bisa dan kuasa bagi Allah SWT.
Wallahu A’lam
