Istighna dan Iftiqar : Kajian Arab Melayu PKU Putri
Banjarmasin, Selasa (15/05/23) halaqah pembacaan kitab Arab Melayu kembali dilaksanakan dibawah bimbingan bapak Ibnu Arabi, M.Fil.I. Adapun kitab yang dijadikan rujukan adalah Ushul at-Tahqiq.
Pada pembacaan kitab malam ini, dimulai pada sebuah pertanyaan yang ditulis oleh muallif kitab dengan metode dialektika. Yakni sebuah soal yang membahas mengenai sifat yang terbagi menjadi 3 bagian dan dijawab dengan adanya sifat istighna dan iftiqar.
Istghna sendiri dimaknai dengan kaya Tuhan daripada tiap-tiap barang yang lain. Yang dimaksud kaya dalam konteks ini adalah tidak perlu lagi dengan yang lain. Sedangkan iftiqar dimaknai di dalam kitab adalah berkehendak tiap-tiap barang lain nya kepadanya. Yang dimaksud disini adalah semua yang membutuhkan Allah, walaupun dalam konteks ini sifat Allah yang dimaksud.
Sebagai seorang hamba, sifat kaya yang dimiliki Tuhan harus kita terapkan dalam kehidupan kita. Karena saat kita menduplikat sikap Tuhan ini, maka kita tidak akan merasakan kekurangan.
Sifat Istighna dan Iftiqar sendiri meliputi sifat wajib, mustahil dan jaiz. Mengenai sifat-sifat ini sendiri, pembimbing menjelaskan bagaimana yang dimaksud pada setiap sifat yang dimaksudkan dengan berbagai referensi lain untuk melengkapi dan memberikan pemahaman penjelasan nya. Dimana semua hal yang Allah buat merupakan hal yang harus kita percayai.
Meskipun semua hal sudah digariskan oleh Allah, yang bagi seorang hamba harus menerimanya. Nyatanya dalam aliran Sanusiyah dan Asy’ariyah diharamkan untuk meninggalkan ikhtiar. Hal inilah yang membedakan antara Jabariyah dengan kedua aliran teologi ini, dimana manusia hanya menerima garis takdir tanpa usaha sedikit pun.
Pembelajaran malam ini ditutup dengan sebuah kalimat, “Logika itu terbatas, sedangkan Iman tanpa batas.”
Wallahu A’lam bi Shawwab
