Kajian Tauhid
“Fitrah manusia adaah menyembah Tuhan.”
Setidaknya itulah salah satu kata pembuka pada halaqah tauhid di Senin pagi (03/04/23) . Ibnu Rusyd, selaku mu’allif dari kitab yang dikaji, dalam membuktikan keberadaan Tuhan dengan dalil-dalil yang sifatnya rasional dan empiris. Kemudian, ada juga retorika yang digunakan untuk kalangan awam. Dan yang terakhir adalah dialektika (jadal).
Dalam kitab yang dikaji pagi ini (Al-Kasyf fii manahij al-adillah fi ‘aqaid al-millah) menggunakan metode dialektik. Pada pertemuan ini, kajian di mulai di bagian ke-24, bab pertama dalam bahasan dzat, al-Asy’ariyah umum, halaman 105.
Pada bagian ke-24 ini, masih dalam bahasan yang sama tentang ke baruan alam. Dimana yang dipermasalahkan masih dalam bahasan Tuhan yang qadim, yang langsung dihubungkan dengan sesuatu yang baru. Ibnu Rusyd mengatakan bahwa argumentasi ini tidaklah cocok bagi ahli agama dan jumhur. Ia mengatakan bahwa metode yang digunakan asy’ariyan ada dua:
1. Metode paling masyhur (metode yang paling banyak digunakan). Mereka memiliki 3 preposisi tentang baharu alam. Yang pertama, setiap aksiden melekat pada substansi, yang kemudian dikaitkan dengan Tuhan. Yang kedua, sifat itu baru. Yang ketiga, tidak berasal dari yang baru kecuali baru. (Bagian ke-25) Kemudian pada bagian ke-26 pada kitab ini, menjelaskan mengenai bagian pertama.
Selain membacakan apa yang ada di dalam kitab, Prof. Mujiburahman juga menjelaskan mengenai isi kitab dari sisi yang lebih luas. Yakni, dari beberapa referensi lain yang beliau ketahui dan dijelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana.
Dan untuk bagian selanjutnya, akan dijelaskan pada pertemuan yang akan datang.
Wallahu A’lam bi Shawwab
