Kajian Fiqh

Pada Kamis, 16 Maret 2023 telah berlangsung halaqah fiqih yang bertempat di masjid Abdurrahman Ismail. Halaqah ini dimulai dengan mengkaji sayah matan Abi Syuja.
ولا يقبل الشهادة إلا ممن ثبتت عدالته
“Tidak diterima persaksian kecuali dari orang yang ditetapkan keadilan nya.”

Adil dalam persaksian didasarkan pada nash yang ada di dalam Al-Qur’an. Sehingga, jika ada orang yang dijadikan saksi mengetahui saksi adalah seorang fasik, maka ditolak kesaksiannya tanpa harus ada penyelidikan. Begitu juga, jika diketahui keadilannya maka diterima persaksiannya. Meskipun begitu, jika seorang hakim tidak mengetahui keadaannya, maka tidak boleh diterima saksi tersebut. Kecuali, setelah adanya rekomendasi dan pernyataan adil, dengan atau tanpa pernyataan terdakwa.

Seorang hakim tidak boleh sembrono (tidak teliti) tentang syarat saksi, dan tidak boleh hanya melihat secara dzahir saja. Hal ini seperti tidak boleh melihat hanya dari seseorang yang tinggal di negeri Islam saja.

Dalam hal persaksian, seorang terdakwa tidak memiliki saksi. Sehingga pendakwa lah yang memilikinya. Meskipun begitu, seorang terdakwa memiliki hak sumpah, sebagaimana dijelaskan di pertemuan sebelumnya.

Dalam penyelidikan, hakim harus tetap meneliti dan menta’dil si saksi. Dan jika yang digunakan sebagai saksi adalah CCTV maka harus dipastikan akurasi nya. Dalam menta’dil seseorang tidak hanya boleh satu orang saja.

Penetapan ta’dil sendiri
– Adlun radjiya
– Adlun ‘alayya waliya

Dalam persaksian, juga tidak boleh ada interstate khusus. Seperti hubungan nasab atau hubungan permusuhan.

Wallahu A’lam